Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Himedik.com - Sebagian besar program vaksinasi Covid-19 massal memprioritaskan orang yang berisiko tinggi terinfeksi virus corona, seperti tenaga medis garis depan. Di beberapa negara, orang tua juga termasuk prioritas pertama.
Namun, dilansir Healthline, peneliti dari NYU Tandon School of Engingeering, New York, baru-baru ini menunjukkan bahwa pendekatan tersebut bukan cara terbaik untuk melawan Covid-19.
Peneliti baru-baru ini mengembangkan platform sumber terbuka yang mampu membuat model prediktif Covid-19. Mereka menggabungkan elemen rinci penularan virus menggunakan populasi yang realistis secara statistik.
Selain pilihan pengujian, pengobatan, dan vaksinasi, pemodelan ini juga dapat menjelaskan beban penyakit lain dengan gejala mirip Covid-19.
Baca Juga
Dari pemodelan ini, penulis studi Alessandro Rizzo, PhD, profesor teknik mesin dan ruang angkasa di NYU Tandon mengatakan memvaksinasi orang tua terlebih dahulu memang dapat mengurangi kematian, karena kelompok tersebut memiliki tingkat kematian lebih tinggi.
Sedangkan memprioritaskan orang dengan risiko tinggi hanya berdampak kecil pada jumlah kematian akibat Covid-19.
Tetapi dengan pasokan vaksin yang terbatas, kebijakan tersebut mungkin bukan yang paling efektif untuk menghentikan virus corona.
Sebaliknya, memprioritaskan orang-orang yang paling berisiko untuk menularkan virus, dan tidak berisiko meninggal akibat penyakit, mungkin paling efektif dalam mengekang penularan.
"Dengan sejumlah kecil dosis vaksin yang tersedia, efek keseluruhan penularan dalam populasi hanya bergantung pada strategi prioritas," tutur Rizzo.
Rizzo menekankan bahwa vaksin prioritas gunanya untuk melindungi orang-orang tertentu, seperti guru (agar sekolah buka) dan dokter (agar bisa mengobati orang sakit).
Namun demikian, Rizzo mengatakan bahwa keputusan semacam ini harus diambil oleh pembuat kebijakan dengan dukungan pemodelan seperti yang ia kembangkan.
Studi yang sudah terbit dalam jurnal Advanced Theory and Simulations ini juga menunjukkan bahwa suatu negara harus memvaksinasi sebagian besar populasi agar kekebalan kawanan atau herd immunity tercapai dan dapat mengurangi penularan Covid-19.
Terkini
- 5 Cara Sederhana untuk Meredakan Pegal Linu dan Nyeri Sendi, Coba Dulu sebelum Minum Obat
- 4 Kebiasaan agar Jantung Tetap Muda dan Sehat, Yuk Lakukan Mulai Sekarang
- 5 Suplemen agar Tubuh Tetap Bugar di Usia 30 Tahun, Salah Satunya Vitamin D
- Ingin Turunkan Gula dan Kecilkan Pinggang? Yuk Konsumsi Biji-bijian Utuh
- Sering Dibuang, Ternyata Ini 5 Manfaat Biji Pepaya untuk Kesehatan
- Murah dan Mudah Didapat, Ternyata Labu Siam Punya 7 Manfaat Ini
- Jarang Disadari, 5 Superfood Ini Mudah Ditemui dan Baik untuk Dikonsumsi
- Hindari Begadang, Durasi Tidur Malam Berpengaruh pada Risiko Penyakit Jantung
- Ingin Mulai Jalani Intermittent Fasting? Hindari 5 Kesalahan Berikut
- 5 Tips Mengembalikan Pola Makan Sehat setelah Puasa dan Lebaran
Berita Terkait
-
Wacana Vaksin Booster ke-2 Berbayar, Seginikah Biayanya?
-
Wacana Vaksin Booster ke-2 Berbayar, Seginikah Biayanya?
-
Kasus Pertama, Pria Ini Terinfeksi Covid-19, Cacar Monyet dan HIV Bersamaan!
-
Curhatan Pasien Cacar Monyet tentang Gejala yang Dialami: Sangat Menyakitkan
-
Infeksi Cacar Monyet 100 Kali Lebih Menyakitkan Daripada Covid-19, Ini Pengakuan Penyintas!
-
Ilmuwan Bikin Perman Karet yang Bisa Memerangkap Virus Corona di Mulut
-
Ilmuwan Akhirnya Menemukan Sumber Pertama Pandemi Covid-19, Benar di Wuhan?
-
Baik Divaksin atau Tidak, Covid-19 Bisa Menginfeksi Ulang Secara Cepat
-
Jangan Lengah, WHO Ingatkan Pandemi Covid-19 Masih Darurat Kesehatan Global!
-
Kontrol Dampak Gejala Long Covid-19, Konsumsi 5 Jenis Makanan Ini!