Kamis, 02 Mei 2024
Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah : Sabtu, 31 Oktober 2020 | 11:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Himedik.com - Studi baru dari Inggris menunjukkan kekebalan terhadap virus corona atau antibodi dapat turun dalam beberapa bulan. Hal ini diketahui dari hasil tes darah 365 ribu orang lebih dari akhir Juni hingga September.

Tes darah ini merupakan bagian dari studi Real-time Assessment of Community Transmission (REACT) Imperial College London, yang hasilnya terbit pada Rabu (28/10/2020), namun belum peer-review.

Tes darah ini dilakukan untuk menguji antibodi virus corona. Hasilnya mengungkapkan penurunan dari hampir enam persen menjadi 4,4 persen selama rentang tiga bulan, yang artinya jumlah orang yang memiliki antibodi berkurang 26,5 persen.

Jika seseorang dites positif antibodi, itu berarti mereka pernah terinfeksi, lapor Fox News.

"Studi kami menunjukkan, seiring waktu ada penurunan proporsi orang positif antibodi virus corona. Masih belum jelas tingkat apa yang disediakan oleh antibodi kekebalan, atau untuk berapa lama kekebalan ini bertahan," kata Paul Elliott, penulis studi dan profesor di Imperial College London.

Antibodi di dalam tubuh (berbentuk Y) (Freepik)

Studi ini menguji antibodi IgG, antibodi yang dapat dideteksi. Ketika virus menyerang, pertama tubuh akan memproduksi antibodi IgM, yang mengindikasikan infeksi aktif atau baru. Kemudian, tubuh mengembangkan IgG.

Penurunan terbesar dalam prevalensi antibodi terjadi pada kelompok usia tertua, yaitu 75 tahun ke atas (39 persen). Sedangkan kelompok usia muda mengalami penurunan paling sedikit, yaitu 15 persen.

Berdasarkan pers rilis universitas, temuan ini menunjukkan kemungkinan penurunan kekebalan dalam populasi dan peningkatan risiko infeksi ulang karena antibodi yang terdeteksi menurun.

BACA SELANJUTNYA

Infeksi Cacar Monyet 100 Kali Lebih Menyakitkan Daripada Covid-19, Ini Pengakuan Penyintas!