Kamis, 25 April 2024
Yasinta Rahmawati | Shevinna Putti Anggraeni : Rabu, 28 Oktober 2020 | 19:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Himedik.com - Saat ini kasus virus corona Covid-19 di dunia mencapai 43 juta jiwa. Para ilmuwan dunia pun telah berusaha mencari vaksin yang tepat dan aman sepanjang waktu.

Sepanjang penantian ini, vaksin yang dikembangkan oleh peneliti di Universitas Oxford telah dianggap yang paling tepat. Kini, profesor yang memimpin proyek itu mengklaim bahwa vaksin akan siap pada hari Natal yang akan tiba.

Profesor Adrian Hill, pendiri dan direktur Jenner Institute di Universitas Oxford, mengklaim bahwa vaksin itu harus mendapat persetujuan sebelum Natal 2020. Sehingga vaksin bisa digunakan para petugas medis dan orang tua sebelum uji coba selesai.

Rencananya, Profesor Hill akan meluncurkan vaksin Oxford untuk virus corona Covid-19 itu pada awal 2021. Tapi, vaksin akan digunakan untuk keadaan darurat saja pada awalnya.

"Karena, kami ingin melihat lebih banyak data tentang keamanan penggunaan dan efektivitasnya sebelum memberikan izin untuk memvaksin ke semua orang. Di negara ini, prioritas kami cukup jelas, yakni memvaksin orang yang berisiko tinggi, anak mudah dan yang berisiko lebih rendah," jelas Profesor Hill dikutip dari Mirror UK.

Ilustrasi Vaksin. (Pixabay/PhotoLizM)

Oleh karena itu, mereka berkehendak untuk memvaksin orang dalam kondisi darurat dahulu sebagai prioritas utama. Lalu, mereka akan mulai memvaksin semua orang pada awal tahun depan, 2021.

Saat ini vaksin Oxford sedang menjalani uji coba fase III pada lebih dari 20 ribu peserta di Inggris, Brasil, Afrika Selatan dan Jepang.

Vaksin, yang disebut ChAdOx1 nCoV-19, dibuat dari virus ChAdOx1, yang merupakan versi lemah dari virus flu biasa yang menyebabkan infeksi pada simpanse. Tapi, vaksin ini telah diubah secara genetik sehingga bisa tumbuh pada manusia.

"Dengan vaksin ChAdOx1 nCoV-19, kami berharap tubuh bisa mengenali dan mengembangkan respons kekebalan terhadap protein spike yang membantu menghentikan virus corona memasuki sel manusia dan mencegah infeksi," jelasnya.

 

BACA SELANJUTNYA

Hati-hati, 7 Perubahan ini Pada Kuku Bisa Jadi Gejala Virus Corona Covid-19