Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Himedik.com - Meski bekerja fisik dikenal bermanfaat untuk menghindari penyakit kronis, pekerja kantoran juga punya keuntungan dengan risiko lebih kecil alami penurunan kognitif. Hal ini dilaporkan dalam sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti dari Universitas Cambridge Inggris.
Melansir dari Medical News Today, studi ini didasarkan pada sebuah proyek penelitian jangka panjang yang melibatkan 30.000 peserta berusia 40 hingga 79 tahun.
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara kegiatan sehari-hari, pola makan, serta kanker. Studi telah diterbitkan dalam International Journal of Epidemiology.
Pada proses penelitian, para peneliti menilai peserta selama rata-rata 12 tahun. Peserta dinilai kemampuan kognisinya, kemampuan memusatkan perhatian, memori, hingga tes IQ dasar.
Baca Juga
-
Ilmuwan Curiga China Sengaja Tutupi Kasus Awal Covid-19, Bukti Mendukung!
-
Satu Kucing Terinfeksi Virus Corona dari Pemiliknya, Waspadai Gejalanya!
-
Lapar Usai Olahraga? Ini 7 Makanan yang Harus Dihindari
-
Dampak Covid-19, Obesitas Cenderung Meningkat pada Pengangguran
-
Perokok dan Pengguna Vape yang Terinfeksi Covid-19 Tingkatkan Risiko Stroke
-
Dialami Jessica Iskandar, Begini Pengaruh Penyakit Graves pada Tubuh
Hasilnya mereka yang memiliki pekerjaan kantoran dan tidak banyak aktivitas fisik memiliki risiko penurunan kognitif yang lebih rendah. Selain itu, orang-orang dengan karir kantoran seumur hidup kemungkinan besar berada di kelompok yang memiliki performa kognitif terbaik.
Sebaliknya, orang yang pekerjaannya melibatkan pekerjaan manual memiliki risiko hampir tiga kali lipat untuk mengembangkan penurunan kognitif.
"Karena pekerjaan kantoran cenderung lebih menantang secara mental daripada pekerjaan manual, mereka mungkin menawarkan perlindungan terhadap penurunan kognitif," kata penulis utama Shabina Hayat.
"Analisis kami menunjukkan bahwa hubungan antara aktivitas fisik dan fungsi kognitif ini tidak terjadi secara langsung," tambah Hayat.
Sementara itu, aktivitas atau pekerjaan fisik sebelumnya telah dikaitkan dengan perlindungan terhadap berbagai risiko penyakit kronis, termasuk masalah kardiovaskular. Pada akhir studi ini, para peneliti menekankan bahwa penelitian lebih lanjut masih diperlukan.
"Studi lebih lanjut diperlukan, khususnya pada ketidaksetaraan lintas kelompok sosial-ekonomi, dampak pendidikan rendah, serta pekerjaan berkualitas rendah," catat para peneliti.
Terkini
- 4 Kebiasaan agar Jantung Tetap Muda dan Sehat, Yuk Lakukan Mulai Sekarang
- 5 Suplemen agar Tubuh Tetap Bugar di Usia 30 Tahun, Salah Satunya Vitamin D
- Ingin Turunkan Gula dan Kecilkan Pinggang? Yuk Konsumsi Biji-bijian Utuh
- Sering Dibuang, Ternyata Ini 5 Manfaat Biji Pepaya untuk Kesehatan
- Murah dan Mudah Didapat, Ternyata Labu Siam Punya 7 Manfaat Ini
- Jarang Disadari, 5 Superfood Ini Mudah Ditemui dan Baik untuk Dikonsumsi
- Hindari Begadang, Durasi Tidur Malam Berpengaruh pada Risiko Penyakit Jantung
- Ingin Mulai Jalani Intermittent Fasting? Hindari 5 Kesalahan Berikut
- 5 Tips Mengembalikan Pola Makan Sehat setelah Puasa dan Lebaran
- Simvastatin Jadi Obat Andalan Penderita Kolesterol saat Lebaran, Ketahui Aturan Minumnya
Berita Terkait
-
Penelitian: Punya Teman Pendengar yang Baik Bisa Sehatkan Mental dan Otak
-
Studi: Cokelat Panas Bikin Otak Lebih Cerdas dan Berpikir Cepat!
-
Bisa Picu Demensia, Yuk Hentikan 7 Kebiasaan Buruk Berikut
-
Studi: Aktif Bicara Dua Bahasa Bisa Tunda Penurunan Kognitif
-
Dicap Bikin Bodoh, Benarkan MSG Buruk untuk Kesehatan?
-
Penurunan Pendapatan Berpengaruh pada Volume Otak? Ini Kata Peneliti!
-
5 Cara Agar Otak Tetap Aktif pada Usia 80 Tahun, Terapkan Yuk!
-
Dikonsumsi Sejak Muda, 5 Makanan Ini Bisa Tingkatkan Usia Harapan Hidup
-
Wanita Karier, Simak Tips dalam Menjaga Keseimbangan Hidup
-
Otak Pria Lebih Tua daripada Wanita Meski Usianya Sama, Ini Penjelasannya