Jum'at, 29 Maret 2024
Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah : Minggu, 12 Juli 2020 | 17:30 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Himedik.com - Sejak awal pandemi virus corona Covid-19, sekitar enam bulan yang lalu, peneliti sudah mulai mengembangkan vaksin Covid-19 potensial. Berdasarkan catatan WHO, sudah ada 8 calon vaksin yang memasuki tahap uji klinis tiga dan dua.

Karena kemungkinan vaksin masih perlu waktu untuk tersedia secara global, banyak ahli mengandalkan kemanjuran antibodi dan antivirus dalam memerangi Covid-19. Inilah yang dilakukan para ahli ketika vaksin belum tersedia.

Meski antivirus tidak dapat mencegah infeksi, obat ini dijadikan 'senjata' karena dapat mencegah virus bereplikasi.

Antivirus menargetkan enzim yang dibutuhkan virus untuk menyalin genomnya (polimerase) atau untuk memotong protein yang lebih besar menjadi fragmen fungsional lebih kecil (protease).

Virus corona diketahui menggunakan protease aktif, protein utama dalam reproduksi virus, untuk menyalin dirinya sendiri.

Ilustrasi vaksin (pixabay.com)

Sebuah studi dalam Science menunjukkan sekarang ada dua kandidat obat baru yang menghambat protease SARS-CoV-2.

Peneliti menemukan bahan kimia dalam obat dapat mengikat protease dan mencegah replikasi. Salah satunya adalah bahan kimia 11a, lebih menjanjikan daripada yang lain.

Bahan kimia 11a akan segera menjalani uji coba pada manusia setelah tes pada hewan membuktikan obat ini efektif dan tidak beracun.

Antibodi monoklonal

Virus corona (COVID-19) muncul dari permukaan sel manusia, credit: NIAID-RML

Selain mengandalkan antivirus, ilmuwan juga mengembangkan antibodi monoklonal.

Dilansir The Health Site, ini adalah antibodi dikembangkan di laboratorium untuk memblokir protein lonjakan SARS-CoV-2 melekat pada reseptor sel ACE2 dalam tubuh. Hal ini memungkinkan tubuh mencegah adanya infeksi.

Satu studi baru ini di Science mengatakan mungkin ada dua antibodi yang masing-masingnya mencegah bagian berbeda dari protein lonjakan virus corona dari ikatan ke reseptor ACE2.

Sementara masing-masing antibodi itu sendiri dapat menetralkan virus, jika digabungkan akan lebih efektif dalam mencegah infeksi.

Percobaan akan segera dimulai untuk koktail antibodi ganda pada 2.000 orang di seluruh Amerika Serikat untuk kemampuannya dalam mencegah infeksi dan mengobati pasien yang berada pada tahap awal Covid-19.

Antibodi monoklonal bekerja melawan virus syncytial pernapasan, yang memiliki banyak kesamaan dengan SARS-CoV-2

BACA SELANJUTNYA

Benarkah Kekebalan dari Suntikan Booster Vaksin Covid-19 Bertahan Lama?