Jum'at, 29 Maret 2024
Rendy Adrikni Sadikin | Rosiana Chozanah : Minggu, 12 Juli 2020 | 12:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Himedik.com - Sebuah studi baru tentang pengembangan obat untuk mencegah penularan human immunodeficiency virus (HIV) menunjukkan satu suntikan obat setiap dua bulan saja sudah efektif dibandingkat obat tablet umumnya, yaitu Truvada, terbit pada Selasa (7/7/2020).

Saat ini, Truvada dan Descovy, yang diproduksi oleh Gilead Sciences, merupakan satu-satunya obat yang disetujui BPOM Amerika Serikat (FDA US) untuk mencegah infeksi HIV. Metode ini disebut PrEP.

Jadi, Pre-Exposure Profilaksis atau PrEP merupakan metode yang dilakukan orang tanpa HIV tetapi berisiko tinggi tertular dengan mengonsumsi obat tablet satu kali sehari.

Dilansir dari New York Times, banyak orang tidak dapat atau tidak mau minum obat setiap hari untuk mencegah infeksi HIV, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah di mana pandemi virus corona mengganggu layanan dan akses ke obat-obatan antiretroviral (ARV).

"Saya pikir ini revolusioner," kata Dr. Rochelle Walensky, seorang peneliti di Universitas Harvard, tentang temuan obat suntikan ini.

Ilustrasi virus HIV. (Shutterstock)

Temuan ini dipresentasikan pada konferensi AIDS 2020.

"Obat injeksi untuk jangka panjang bisa menjadi pilihan baru yang menarik," kata Dr. Monica Gandhi, seorang peneliti di University of California, San Francisco dan penyelenggara konferensi tersebut.

Percobaan acak obat antiretroviral injeksi dari cabotegravir ini dilakukan oleh H.I.V. Prevention Trials Network. Uji coba melibatkan hampir 4.600 pria dan wanita di 43 lokasi di tujuh negara.

Setiap peserta mendapat suntikan setiap dua bulan, baik cabotegravir atau plasebo dan minum Truvada atau tablet plasebo setiap hari.

Uji coba itu diperkirakan akan berlanjut hingga 2022, tetapi dihentikan pada Mei setelah analisis sementara menunjukkan cabotegravir sangat efektif.

Dr. Kimberly Smith, kepala penelitian dan pengembangan di Viiv Healthcare, pengembang obat ini, berharap perusahaan dapat mengajukan persetujuan kepada FDA pada awal 2021.

BACA SELANJUTNYA

Wanita Ini Sembuh Sendiri dari HIV, Begini Kata Dokter