Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Himedik.com - Anthony Fauci, direktur National Institute of Allergy and Infectious Disease AS, mengatakan perlu waktu sekitar 18 bulan untuk mengembangkan vaksin Covid-19. Co-founder Microsoft, Bill Gates, yang juga menjadi pemasok dana terbesar dalam produksi vaksin pun setuju dengan prediksi ini.
Bill Gates juga mengatakan pengembangan hingga siap distribusi vaksin virus corona baru bisa memakan waktu setahun hingga 18 bulan.
Tetapi, apakah mengembangkan vaksin baru dalam kurun waktu begitu cepat itu realistis?
"Ya, ingatlah bahwa rata-rata lama waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian dan pengembangan vaksin adalah sekitar 20 tahun. Itu tipikal," kata Paul Offit, direktur Pusat Pendidikan Vaksin dan profesor pediatri di Children's Hospital of Philadelphia, dikutip Medscape.
Baca Juga
Menurut Offit, mengembangkan vaksin dalam kurun waktu 12 hingga 18 bulan harus melewati beberapa langkah besar.
"Biasanya, apa yang akan Anda lakukan adalah pembuktian konsep. Anda akan memiliki model hewan yang akan sakit ketika diinokulasi dengan Covid-19. Maka Anda akan mencoba satu atau strategi lain dan melihat mana yang berhasil."
"Kemudian Anda akan melakukan uji coba mulai-dosis, mencoba untuk melihat dosis apa yang dapat Anda berikan untuk menginduksi respon imun pada hewan, untuk menghubungkannya dengan perlindungan."
"Lalu, Anda akan melakukan uji coba yang lebih besar dan elbih besar, dengan biasanya ratusan atau ribuan orang, penelitian denga rentang dosis besar. Kemudian Anda melakukan uji coba fase 3, uji coba lisensi definitif FDA, yang biasanya merupakan uji coba terkontrol plasebo prospektif."
Offit mengatakan, apabila vaksin Covid-19 terbuat dalam kurun waktu setahun hingga 18 bulan, ada beberapa langkah yang kemungkinan besar dilewati, seperti model vaksin Ebola.
Vaksin Ebola dirilis ke Afrika Barat tanpa lisensi dari BPOM AS (Food and Drug Administration atau FDA). Tetapi vaksin ini tetap efektif.
"Jadi, ketika Anda memberikannya pada puluhan ribu orang, Anda bisa melihat seberapa efektif itu. Anda bisa melihat betapa amannya itu. Dan kemudian (baru) Anda mendapat lisensi. Begitulah cara kerjanya."
Namun, Offit mengatakan semua ini tergantung pada apa yang ingin diterima masing-masing orang.
"Jika Anda masih panik karena virus membunuh 1.000 atau 2.000 orang setiap hari, maka Anda bersedia menerima beberapa tingkat risiko. Dan itu semua risiko versus manfaat dalam pengobatan, bukan?"
Di sisi lain, dalam menerima vaksin seperti ini orang juga harus mengelola harapan mereka dalam seberapa baik vaksin akan bekerja.
"Ini adalah virus corona baru, jadi itu menjadi seperti virus corona lain di mana perlindungan, bahkan setelah terinfeksi, biasanya hanya akan bertahan selama beberapa tahun. Dan vaksin tidak akan melindungi Anda dari infeksi ulang tanpa gejala atau infeksi ringan dengan gejala ringan."
Itulah sebabnya Offit menganjurkan untuk tidak memberikan vaksin seperti ini kepada anak-anak sebelum produsen sangat yakin bahwa vaksin aman dan efektif.
"Jadi, lebih baik Anda memastikan bahwa produk yang dimiliki aman sebelum memasukkannya ke tubuh anak-anak," tandasnya.
Terkini
- Dialami Dhanar Jabro sebelum Meninggal, Ketahui Apa Saja Gejala Asam Lambung
- 5 Cara Sederhana untuk Meredakan Pegal Linu dan Nyeri Sendi, Coba Dulu sebelum Minum Obat
- 4 Kebiasaan agar Jantung Tetap Muda dan Sehat, Yuk Lakukan Mulai Sekarang
- 5 Suplemen agar Tubuh Tetap Bugar di Usia 30 Tahun, Salah Satunya Vitamin D
- Ingin Turunkan Gula dan Kecilkan Pinggang? Yuk Konsumsi Biji-bijian Utuh
- Sering Dibuang, Ternyata Ini 5 Manfaat Biji Pepaya untuk Kesehatan
- Murah dan Mudah Didapat, Ternyata Labu Siam Punya 7 Manfaat Ini
- Jarang Disadari, 5 Superfood Ini Mudah Ditemui dan Baik untuk Dikonsumsi
- Hindari Begadang, Durasi Tidur Malam Berpengaruh pada Risiko Penyakit Jantung
- Ingin Mulai Jalani Intermittent Fasting? Hindari 5 Kesalahan Berikut
Berita Terkait
-
Wacana Vaksin Booster ke-2 Berbayar, Seginikah Biayanya?
-
Wacana Vaksin Booster ke-2 Berbayar, Seginikah Biayanya?
-
Kasus Pertama, Pria Ini Terinfeksi Covid-19, Cacar Monyet dan HIV Bersamaan!
-
Curhatan Pasien Cacar Monyet tentang Gejala yang Dialami: Sangat Menyakitkan
-
Infeksi Cacar Monyet 100 Kali Lebih Menyakitkan Daripada Covid-19, Ini Pengakuan Penyintas!
-
Ilmuwan Bikin Perman Karet yang Bisa Memerangkap Virus Corona di Mulut
-
Ilmuwan Akhirnya Menemukan Sumber Pertama Pandemi Covid-19, Benar di Wuhan?
-
Baik Divaksin atau Tidak, Covid-19 Bisa Menginfeksi Ulang Secara Cepat
-
Jangan Lengah, WHO Ingatkan Pandemi Covid-19 Masih Darurat Kesehatan Global!
-
Kontrol Dampak Gejala Long Covid-19, Konsumsi 5 Jenis Makanan Ini!