Rabu, 01 Mei 2024
Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah : Sabtu, 11 April 2020 | 16:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Himedik.com - Sebuah penelitian yang terbit dalam jurnal The Lancet, menyarankan kepada negara-negara di seluruh dunia untuk tidak mencabut status lockdown sebelum vaksin Covid-19 ditemukan.

Pembatasan yang pertama kali dilakukan oleh China dinilai telah menghentikan gelombang pertama pandemi corona baru di sebagian besar negara tersebut.

Tetapi, peneliti menggunakan pemodelan matematika untuk menunjukkan bahwa tindakan pencabutan status lockdown ini dapat mengakibatkan pandemi gelombang kedua.

Melansir dari CNN Internasional, China sekarang sudah mengakhiri status lockdown di provinsi Hubei pada Rabu (8/4/2020), sesuai janji pemerintah.

Namun, beberapa pembatasan tetap diberlakukan, sebab pemerintah sadar akan risikonya, di sisi lain, kereta api dan lokasi wisata pun akan dipadati masyarakat.

Ilustrasi vaksin - (Pixabay/huntlh)

"Tanpa 'kekebalan' terhadap Covid-19, kasus dapat dengan mudah muncul kembali ketika bisnis, operasi pabrik, dan sekolah secara bertahap melanjutkan dan meningkatkan pencampuran sosial, khususnya mengingat adanya peningkatan risiko kasus impor dari luar negeri karena Covid-19 terus menyebar secara global," tulis peneliti studi ini, Profesor Joseph T Wu dari University of Hong Kong.

Dia memperingatkan bahwa kecepatan infeksi akan meningkat kecuali jika pemerintah memastikan pembatasan dicabut secara perlahan dan penularannya dipantau secara cermat.

Penelitian dinilai penting karena seluruh negara di dunia mempertimbangkan cara terbaik dalam mempermudah pembatasan atau lockdown agar ekonomi mereka bergerak kembali.

Studi ini pun menunjukkan, melakukan kesalahan dapat menyebabkan wabah lebih lanjut dan pembatasan baru dan bisa menjadi bencana bagi layanan kesehatan dan ekonomi.

BACA SELANJUTNYA

Curhatan Pasien Cacar Monyet tentang Gejala yang Dialami: Sangat Menyakitkan