Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Himedik.com - Kesembuhan suatu penyakit bergantung pada bagaimana sistem kekebalan tubuh melawan infeksi tersebut, tak terkecuali infeksi yang disebabkan oleh virus corona baru atau SARS-CoV-2.
Sistem kekebalan sendiri terdiri dari berbagai jenis sel dan molekul, seperti antibodi. Apa yang kita sebut sebagai 'garis pertahanan pertama' merupakan apa yang dikenal sebagai sistem kekebalan tubuh bawaan.
Setiap sel di dalam tubuh dipersiapkan untuk membuat interferon, sebuah molekul antivirus, saat mereka mendeteksi adanya 'penyusup'.
"Sel-sel ini akan mulai membuat molekul antivirus bawaan mereka sendiri yang akan mencoba dan menghentikan, misalnya, virus bereplikasi," ungkap Marc Pellegrini, pakar penyakit menular di Walter and Eliza Hall Institute, Australia.
Baca Juga
Nah, respon alami ini akan menghasilkan zat yang disebut dengan sitokin. Zat ini akan menyebabkan tubuh mengalami demam dan peradangan jaringan ketika sel-sel mulai mati.
"Itu mekanisme alami bagi mereka untuk mencoba dan 'bunuh diri' jika mereka (sel) tahu sudah terinfeksi," lanjutnya, dilansir dari abc.net.au.
Selain semua hal di atas, tubuh masih memiliki sel darah putih. Ini dikenal sebagai pembunuh alami yang mendeteksi sel terinfeksi dan membunuhnya.
Lalu, garis pertahanan kedua terjadi pada spektrum sel darah putih lainnya, seperti monosit, makrofag, dan neutrofil yang akan mencari dan mengenali infeksi.
Mereka ini bakal melepaskan hormon kekebalan tubuh untuk mempersiapkan sel-sel lain ketika ada kemungkinan infeksi.
Baris pertahanan ketiga adalah sistem imun adaptif, yang memakan waktu beberapa hari untuk melawan. Ini adalah sel darah putih seperti T-sel yang bertugas membunuh sel yang terinfeksi, dan B-sel yang menghasilkan antibodi.
Permasalahan dalam melawan virus corona baru adalah tubuh kita belum mempunyai antibodi atau sistem imun adaptif. Jika sistem imun tidak dapat mengentikan virus bereplikasi, patogen ini akan 'overdrive' dan meningkatkan peradangan, terutama di paru-paru. Inilah yang menyebabkan terjadinya pneumonia.
Catatan Redaksi: Jika Anda merasakan gejala batuk-batuk, demam, dan lainnya serta ingin mengetahui informasi yang benar soal virus corona Covid-19, sila hubungi Hotline Kemenkes 021-5210411 atau kontak ke nomor 081212123119.
Terkini
- Murah dan Mudah Didapat, Ternyata Labu Siam Punya 7 Manfaat Ini
- Jarang Disadari, 5 Superfood Ini Mudah Ditemui dan Baik untuk Dikonsumsi
- Hindari Begadang, Durasi Tidur Malam Berpengaruh pada Risiko Penyakit Jantung
- Ingin Mulai Jalani Intermittent Fasting? Hindari 5 Kesalahan Berikut
- 5 Tips Mengembalikan Pola Makan Sehat setelah Puasa dan Lebaran
- Simvastatin Jadi Obat Andalan Penderita Kolesterol saat Lebaran, Ketahui Aturan Minumnya
- 5 Makanan Khas Lebaran yang Bikin Asam Urat Kambuh, Ingat Konsumsi Secukupnya
- Ketahui Perbedaan Jantung Berdebar karena Cemas vs Aritmia, Ada Gejala Khas
- 5 Tanda Kekurangan Vitamin D, Rambut Rontok Termasuk
- Daftar Sayuran yang Baik untuk Menjaga Gula Darah Tetap Stabil, Terong Termasuk?
Berita Terkait
-
5 Bahaya Mengucek Mata, Bisa Bikin Infeksi Lho
-
Menginfeksi 400 Lebih Mahasiswa Bandung, Ini Mitos yang Masih Dipercaya Tentang HIV
-
Gejalanya Hampir Mirip, Ini Lho Perbedaan Cacar Monyet dan IMS!
-
Batuk Berdahak Tak Kunjung Sembuh, Ternyata Wanita Ini Idap Kanker Stadium Akhir
-
Diduga Terinfeksi Bakteri Listeria dari Bayam, Janin Wanita Ini Lahir Mati
-
Infeksi Cacar Monyet 100 Kali Lebih Menyakitkan Daripada Covid-19, Ini Pengakuan Penyintas!
-
Bakteri Penyebab Penyakit Langka Ditemukan di Teluk Mississippi, Kenali Tanda-tandanya!
-
Ilmuwan Bikin Perman Karet yang Bisa Memerangkap Virus Corona di Mulut
-
Ilmuwan Akhirnya Menemukan Sumber Pertama Pandemi Covid-19, Benar di Wuhan?
-
Baik Divaksin atau Tidak, Covid-19 Bisa Menginfeksi Ulang Secara Cepat