Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Himedik.com - Polusi udara memang sudah menjadi masalah tersendiri bagi daerah perkotaan dan kita tahu jika paparan polusi dapat membahayakan kesehatan.
Dalam sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal The BMJ, berdasarkan data lebih dari 400 kota di 20 negara di dunia, menunjukkan lebih dari 6.000 kematian setiap tahun dapat dihindari jika negara menerapkan standar kualitas udara yang lebih ketat.
“Temuan ini memiliki implikasi penting untuk desain tindakan kesehatan masyarakat di masa depan. Khususnya, misal, dalam kaitannya dengan implementasi strategi mitigasi untuk mengurangi dampak perubahan iklim,” kata para peneliti dari University of Bern di Swiss, dilansir The Health Site.
Ambang batas kualitas udara saat ini (dalam mikrogram per meter kubik udara ambien) berkisar antara 100 ug / m3 (WHO) dan 160 ug. / m3 (Standar Kualitas Udara Ambien Cina).
Baca Juga
Ulasan terbaru menunjukkan 80% populasi dunia di daerah perkotaan terpapar pada tingkat polusi udara di atas ambang batas WHO.
Untuk mencoba dan mengatasi hal ini, tim peneliti internasional telah menganalisis kematian dan tindakan lingkungan (polutan cuaca dan udara) di 406 kota di 20 negara, dengan periode yang tumpang tindih antara 1985 dan 2015.
Menggunakan data dari Multi-City Multi-Country Collaborative Research Network, mereka memperoleh tingkat ozon harian rata-rata (di atas tingkat latar belakang maksimum 70 μg / m3), partikel, suhu, dan kelembaban relatif di setiap lokasi untuk memperkirakan jumlah harian dari kematian tambahan yang disebabkan ozon.
Sebanyak 45.165.171 kematian dianalisis di 406 kota. Rata-rata, peningkatan 10 μg / m3 dalam ozon selama hari ini dan hari sebelumnya dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian 0,18%.
Ini setara dengan 6.262 kematian tambahan setiap tahun di 406 kota, yang sebenarnya dapat dihindari jika mereka menerapkan standar kualitas udara yang lebih ketat sesuai dengan pedoman WHO.
Terlebih lagi, dampak kematian yang lebih kecil tetapi masih substansial ditemukan, bahkan untuk konsentrasi ozon di bawah tingkat pedoman WHO.
Hal ini mendukung inisiatif WHO untuk mendorong negara-negara agar meninjau kembali pedoman kualitas udara saat ini dan menegakkan pembatasan emisi yang lebih kuat untuk memenuhi rekomendasi ini, kata para peneliti.
Terkini
- 4 Kebiasaan agar Jantung Tetap Muda dan Sehat, Yuk Lakukan Mulai Sekarang
- 5 Suplemen agar Tubuh Tetap Bugar di Usia 30 Tahun, Salah Satunya Vitamin D
- Ingin Turunkan Gula dan Kecilkan Pinggang? Yuk Konsumsi Biji-bijian Utuh
- Sering Dibuang, Ternyata Ini 5 Manfaat Biji Pepaya untuk Kesehatan
- Murah dan Mudah Didapat, Ternyata Labu Siam Punya 7 Manfaat Ini
- Jarang Disadari, 5 Superfood Ini Mudah Ditemui dan Baik untuk Dikonsumsi
- Hindari Begadang, Durasi Tidur Malam Berpengaruh pada Risiko Penyakit Jantung
- Ingin Mulai Jalani Intermittent Fasting? Hindari 5 Kesalahan Berikut
- 5 Tips Mengembalikan Pola Makan Sehat setelah Puasa dan Lebaran
- Simvastatin Jadi Obat Andalan Penderita Kolesterol saat Lebaran, Ketahui Aturan Minumnya
Berita Terkait
-
Gigi Berlubang Tak Boleh Disepelekan, Dokter Ingatkan Hal Ini
-
Polusi Udara Jakarta Mengkhawatirkan, Ikuti 10 Tips Ini untuk Menghindari Penyakit ISPA
-
Duduk Lebih dari 8 Jam Sehari Tingkatkan Risiko Sakit Jantung, Ayo Perbanyak Gerak
-
Pernah Lihat Orang Meninggal dalam Posisi Tidur? Ini Kata Dokter!
-
Waspada, Polusi Udara Dapat Menyebabkan Masalah Neurologis lho!
-
Angka Kematian Covid-19 Terendah di Dunia, Begini 5 Strategi Jepang Mengatasinya
-
Jangan Pernah Memencet Jerawat di Area 'Triangle of Death', Ini Dampaknya!
-
Ternyata Begini Proses Berhentinya Otak Ketika Seseorang Meninggal Dunia
-
Terpantau Angka Kematian Rendah, Pertanda Varian Omicron Jinak?
-
Kaitan Risiko Penyakit Jantung dan Lemak Jenuh Bergantung Sumber Makanannya