Jum'at, 29 Maret 2024
Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah : Selasa, 24 Desember 2019 | 13:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Himedik.com - Studi dari Laval University di Quebec, Kanada, menunjukkan bekerja lebih dari 40 jam seminggu meningkatkan risiko hipertensi hingga 50% daripada mereka yang bekerja 35 jam atau kurang.

Sedangkan mereka yang menghabiskan hingga 49 jam memiliki risiko 70 persen lebih besar.

Para peneliti mengatakan, stres, kurang tidur dan kurangnya olahraga adalah faktor penyebabnya. Karena mreka semua memberi tekanan ekstra pada tubuh yang dapat memicu stres.

Melansir Daily Mail, orang dengan hipertensi memiliki peningkatan risiko menderita stroke, serangan jantung atau penyakit ginjal.

"Baik hipertensi bertopeng maupun yang berkelanjutan memiliki risiko tinggi terhadap penyakit kardiovaskular," tutur penulis utama penelitian, dr. Xavier Trudel.

Hipertensi bertopeng merupakan kondisi ketika pemeriksaan tekanan darah memberi hasil sehat, namun di waktu lain justru menunjukkan tekanan darah yang berbeda, seperti malam hari.

Ilustrasi tekanan darah tinggi [pixabay]

Selain memperhitungkan jam kerja mereka, peneliti juga memperhitungkan faktor risiko lainnya, seperti jenis pekerjaan, usia, jenis kelamin, status merokok, pendidikan, dan indeks massa tubuh (BMI).

"Penelitian di masa depan dapat memeriksa apakah tanggung jawab rumah tangga, seperti jumlah anak, tugas rumah tangga, peran pengasuhan anak, memiliki kaitan dengan tekanan darah tinggi juga," sambung Trudel.

"Orang-orang harus menyadari bahwa jam kerja yang panjang dapat memengaruhi kesehatan jantung mereka, dan jika bekerja berjam-jam, mereka harus bertanya kepada dokter tentang pemeriksaan tekanan darah mereka dari waktu ke waktu," lanjutnya.

Peneliti mengatakan temuan ini diterbitkan dalam jurnal Hypertension.

BACA SELANJUTNYA

Bukan Menyehatkan, Studi Baru: Lari Meningkatkan Risiko Serangan Jantung pada Pria