Sabtu, 20 April 2024
Vika Widiastuti | Shevinna Putti Anggraeni : Minggu, 06 Oktober 2019 | 18:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Himedik.com - Saat ini film Joker yang tayang di seluruh bioskop di Indonesia tengah menjadi perbincangan publik. Film berdurasi kurang lebih 2 jam tersebut mengangkat tentang kesehatan mental, salah satunya yang menjadi sorotan kondisi Joker.

Joker yang menjadi poin utama dalam film ini merupakan nama panggung Arthur Fleck yang mengalami kondisi pseudobulbar affect (PBA) alias inkontinensia emosional.

Kondisi tersebut membuatnya tidak bisa berhenti tertawa, sekalipun dalam kondisi sedih. Melansir dari Mayo Clinic, pseudobulbar affect (PBA) alias inkontinensia emosional adalah jenis gangguan emosional yang ditandai dengan tangisan, tawa atau penampilan emosional yang tak terkendali.

Gangguan emosional ini biasanya terjadi pada orang dengan kondisi neurologis tertentu atau cedera, yang mungkin memengaruhi cara otak mengendalikan emosi.

Jika seseorang memiliki pseudobulbar, ia akan mengalami emosi secara normal. Tetapi, terkadang mereka akan mengekspresikan emosinya secara berlebihan. Akibatnya, kondisi ini dapat terasa memalukan dan mengganggu kehidupan sehari-hari orang di sekitarnya.

Ilustrasi kesehatan jiwa, kesehatan mental (Shutterstock)

Adapun gejala awal yang perlu Anda ketahui jika seseorang memiliki pseudobulbar, seperti tangisan dan tawa yang tidak terkendali hingga berlebihan. Bahkan, seseorang yang tadinya tertawa sangat berlebihan bisa secara tiba-tiba menangis.

Tangisan itulah yang menjadi tanda paling jelas bahwa seseorang memiliki inkontinensia emosional. Karena, tingkat respons emosional yang disebabkan oleh PBA juga sering mencolok.

Contohnya, seseorang tertawa dan menangis pada situasi yang orang lain melihat itu tidak lucu maupun menyedihkan. Apalagi jika ia tertawa dan menangis dalam satu situasi yang sama secara berlebihan.

Joker yang diperankan Joaquin Phoenix. [istimewa]

Oleh karenanya, gangguan emosional seperti ini sering kali membuat penderitanya menangis. Kondisi ini juga seringkali disalahartikan sebagai depresi.

Padahal gejala inkontinensia emosional ini biasanya hanya terjadi beberapa saat. Sedangkan depresi, biasanya menyebabkan perasaan sedih yang berkelanjutan. Selain itu, orang dengan PBA biasanya juga akan mengalami gangguan tidur dan kehilangan nafsu makan.

BACA SELANJUTNYA

Menulis Jurnal Setiap Hari Baik untuk Kesehatan Mental!