Jum'at, 29 Maret 2024
Vika Widiastuti : Minggu, 15 September 2019 | 11:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Himedik.com - China berhasil menemukan terobosan medis baru soal transplantasi mata manusia yang dicangkok dengan kornea mata babi. Temuan ini heboh dan sukses diujicobakan pada pasien, Huang Yuangzhen.

Dikutip Suara.com dari Asiaone, Huang Yuangzhen divonis kebutaan oleh tim medis setelah mengalami kecelakaan yang membuat mata bagian kanannya rusak pada 2010.

Dalam penantiannya sejak 2010, Huang dikabarkan tak pernah mendapat info atau ketersediaan kornea mata untuk di transplantasi kepada dirinya.

Pada 6 September 2019, Huang akhirnya mendapat kabar baik bahwa Rumah Sakit Wuhan Union melakukan uji coba rekayasa kornea babi untuk membantu manusia yang membutuhkan kornea.

Ilustrasi operasi mata. [Shutterstock]

Huang lantas menerima tawaran tersebut. Ia rela menjadi uji coba transplantasi mata manusia dengan mata babi (kornea babi) Setelah operasi transplantasi berlangsung, Huang secara bertahap mengalami penyembuhan. Saat ini penglihatannya mencapai level 0.5 atau secara medis sudah mendekati normal, yakni 0.6.

"Saya bisa memasang benang ke lubang jarum dan membaca koran. Saya sangat bahagia," kata Huang.

Tentu hal ini menjadi sebuah kabar gembira bagi penderita kebutaan atau pasien yang memang membutuhkan kornea mata untuk bisa melihat.

Pergantian mata manusia yang rusak dengan kornea mata babi tentu secara medis telah dibuktikan di China, lalu bagaiamana tanggapan dokter mata atau ahli medis di Indonesia menyikapi hal ini? Apakah temuan medis ini bisa diadopsi di Indonesia?

Dr. Sharita R. Siregar, SpM(K), dokter subspesialis Bedah Katarak, Refraktif dan Kornea JEC Eye Hospitals & Clinics ikut angkat bicara.

"Sebagai dokter mata kami hanya bisa menjawab sesuai dengan perkembangan ilmu kedokteran yang selalu berkesinambungan dan tidak pernah berhenti. Donor yang di tanamkan pada manusia yang berasal dari hewan kita kenal dengan xenotransplantation. Hal ini tidak terjadi hanya di mata saja, namun juga di transplan organ lain. Babi yang digunakan juga bukan babi biasa lho, namun babi yang sudah di sisihkan dan di kembangbiakan dengan rekayasa genetika yang kita kenal dengan bioengineered pig," jelasnya saat dihubungi Suara.com, Jumat (13/9/2019).

Dokter Sharita memastikan, kornea babi memang secara genetik mirip dengan kornea manusia dan lebih mudah didapat dibandingkan hewan lainnya.

Ia bahkan menegaskan operasi transplantasi tersebut sama sekali tidak berbahaya dan minim efek samping.

"Hal ini tidak berbahaya karena sekali lagi babi tersebut bukan sembarang babi, tapi babi khusus atau babi dengan rekayasa genetik. Bila dibandingkan hewan lain, babi memiliki kesesuaian atau kemiripan yang sangat tinggi. Kita boleh saja menerima adanya perkembangan teknologi. Namun apakah akan kita terapkan atau tidak dalam praktek kita, itulah yang akan kembali dengan diri kira masing-masing," terangnya panjang lebar.

Jika bicara transplantasi kornea, Dokter Sharita berbagi kisah kendala yang  kerap dihadapi dokter.

"Tentu minimnya orang yang inginn atau secara sukarela menyumbangkan matanya untuk didonasi setelah ia meninggal. Lalu alat yang kurang lengkap, alat lengkap itu hanya ada di daerah seperti Jakarta. Selanjutnya adalah kurangnya dokter mata yang mengabdi di daerah apalagi di pelosok, hingga Informasi salah yang diterima masyarakat tentang kelainan kornea hingga donor kornea," bebernya.

Kejadian transplantasi kornea di negara China terjadi, karena minimnya jumlah donor kornea lokal. Dokter Sharita juga berbagi info cara untuk mendonorkan kornea.

"Untuk itu bantulah ketersediaan donor kornea di indonesia dengan mendaftar melalui website www.jec.co.id atau bisa menghubungi di 0821-50-800-800, segala informasi terkait kelainan kornea, jenis operasi cangkok kornea yg bs dilakukan di JEC dan mendaftar sebagai calon donor atau membutuhkan donor kornea ada di website atau instagram: @lionseyebankjakarta," pungkas dokter Sharita. (Suara.com/Ade Indra Kusuma)

BACA SELANJUTNYA

Peneliti: Suntik Vaksin Covid-19 Ketiga Lindungi Pasien Transplantasi Organ