Jum'at, 26 April 2024
Galih Priatmojo | Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana : Sabtu, 06 April 2019 | 19:15 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Himedik.com - Seorang wanita di Israel menderita malnutrisi dan kerusakan otak yang berpotensi permanen setelah menjalani diet jus selama tiga minggu. Sesuai saran dari "terapis alternatif" untuknya, wanita itu hanya mengonsumsi jus dan air.

Media Israel Mako melaporkan, diet jus yang direkomendasikan terapis wanita di Tel Aviv itu terdiri dari jus buah dan berliter-liter air. Setelah tiga minggu menjalani diet, wanita itu dirawat di rumah sakit dalam kondisi serius di Sheba Medical Center di Tel Hashomer.

Ia dilaporkan menderita hiponatremia, kondisi yang ditandai dengan ketidakseimbangan kadar garam yang parah dan tingkat elektrolit yang terganggu. Kondisi ini biasanya dikaitkan dengan minum terlalu banyak air, tetapi inti masalahnya terletak pada kadar natrium dalam tubuh yang menjadi terlalu encer.

Air pun meninggalkan darah dan memasuki sel-sel melalui proses osmosis, yang kemudian membengkak. Akibatnya, terjadi serangkaian gejala, termasuk kelelahan, kebingungan, mual, sakit kepala, dan bahkan kejang.

Ilustrasi masalah otak - (Pixabay/VSRao)

"Hiponatremia terjadi ketika kadar natrium Anda turun, dan itu bisa mematikan," kata Keri Gans, ahli gizi diet, kepada Health. "Jika (pasien, -red) hanya minum jus jeruk dan air, itu tidak mengherankan."

Dikutip HiMedik.com dari IFL Science, Kamis (4/4/2019), tidak banyak penelitian ilmiah tentang manfaat nutrisi dari diet jus yang ketat.

Sebagian besar ilmuwan tidak yakin dengan berbagai klaim untuk jus. Disebutkan, diet jus tidak memberikan banyak nutrisi penting, seperti protein, zat besi, lemak esensial, serta serat makanan, dan kemungkinan memberikan kadar gula alami yang tinggi.

Meski begitu, jus telah menjadi tren yang makin populer dalam beberapa tahun terakhir untuk memperbaiki berat badan dan rutinitas kesehatan. Diet jus juga diklaim bisa membantu detoksifikasi tubuh, yang tetap sama sekali tidak berdasar pada penelitian ilmiah.

"Orang-orang mendapatkan infonya dari ahli terapi pijat atau petugas di toko makanan kesehatan yang mungkin tidak mengetahui risiko potensial," ujar Dr Ronald Stram, direktur medis dan pendiri Center for Integrative Health and Healing di Delmar, kepada The New York Times pada 2009.

BACA SELANJUTNYA

Sebelum Hamil Calon Ibu juga Harus Menjaga Asupan Nutrisi, Cegah Stunting!