Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Himedik.com - Nasib nahas menimpa penjual pecel lele, Achmad Zunaidi (49). Ia dipukul oleh pembeli karena dianggap lama menyiapkan makanan.
Melansir dari Suara Jabar, peristiwa ini terjadi di Jalan Jatimakmur, Pondok Gede, Kota Bekasi, Jawa Barat, Minggu (10/3/2019) lalu.
Akibat kejadian tersebut, korban mengalami luka parah pada wajah karena hantaman kayu balok.
Rasa lapar terkadang bisa memicu seseorang untuk marah bahkan bersikap agresif.
Baca Juga
Melansir dari theconversation, peristiwa seperti ini dikenal sebagai hangry yakni, hungry (lapar) dan angry (marah).
Karbohidrat, protein, dan lemak dalam semua yang kamu makan dicerna menjadi gula sederhana (seperti glukosa), asam amino dan asam lemak bebas.
Nutrisi ini masuk ke aliran darah di mana mereka didistribusikan ke organ dan jaringan dan digunakan untuk energi.
Setelah makan terakhirmu, jumlah nutrisi yang beredar dalam aliran darah mulai berkurang. Jika kadar glukosa darah jatuh cukup jauh, otak akan menganggapnya sebagai situasi yang mengancam jiwa.
Tidak seperti kebanyakan organ dan jaringan lain di tubuh yang dapat menggunakan berbagai nutrisi untuk tetap berfungsi, otak sangat bergantung pada glukosa untuk melakukan tugasnya.
Ketergantungan otak pada glukosa dapat diperhatikan pada hal-hal sederhana seperti ketika kamu lapar dan kadar glukosa darah menurun.
Kamu mungkin merasa sulit berkonsentrasi, misalnya atau mungkin membuat kesalahan konyol, atau kamu mungkin telah memperhatikan bahwa kata-katamu menjadi kacau atau cadel.
Alasan lain kelaparan terkait dengan kemarahan adalah karena keduanya dikendalikan oleh gen yang sama.
Produk dari salah satu gen tersebut adalah neuropeptide Y, hormon pada otak yang dilepaskan ke seluruh bagian otak ketika kamu lapar. Ini merangsang perilaku seseorang makan dengan rakus.
Selain bertindak di otak untuk mengendalikan rasa lapar, neuropeptida Y dan reseptor Y1 juga mengatur kemarahan atau agresi.
Sejalan dengan ini, orang-orang dengan neuropeptida Y cenderung menunjukkan tingkat agresi impuls yang tinggi.
Terkini
- Dialami Dhanar Jabro sebelum Meninggal, Ketahui Apa Saja Gejala Asam Lambung
- 5 Cara Sederhana untuk Meredakan Pegal Linu dan Nyeri Sendi, Coba Dulu sebelum Minum Obat
- 4 Kebiasaan agar Jantung Tetap Muda dan Sehat, Yuk Lakukan Mulai Sekarang
- 5 Suplemen agar Tubuh Tetap Bugar di Usia 30 Tahun, Salah Satunya Vitamin D
- Ingin Turunkan Gula dan Kecilkan Pinggang? Yuk Konsumsi Biji-bijian Utuh
- Sering Dibuang, Ternyata Ini 5 Manfaat Biji Pepaya untuk Kesehatan
- Murah dan Mudah Didapat, Ternyata Labu Siam Punya 7 Manfaat Ini
- Jarang Disadari, 5 Superfood Ini Mudah Ditemui dan Baik untuk Dikonsumsi
- Hindari Begadang, Durasi Tidur Malam Berpengaruh pada Risiko Penyakit Jantung
- Ingin Mulai Jalani Intermittent Fasting? Hindari 5 Kesalahan Berikut
Berita Terkait
-
Diabetes Tipe 2, Bisakah Makan Lebih dari 3 Kali Sehari Tingkatkan Risiko?
-
Sering Lapar Tengah Malam? Cek 10 Kemungkinan Penyebabnya!
-
Waduh, Minuman Soda Bisa Bikin Anak dan Remaja Lebih Agresif!
-
Warga Jawa Barat Bisa Daftar Masif Rapid Test Covid-19, Begini Aturannya!
-
Mengenal Conduct Disorders, Gangguan Perilaku yang Agresif dan Destruktif
-
Pameran HARKONAS Dibuka, Ini Pesan Ridwan Kamil
-
Diberi Waktu 6 Bulan untuk Hidup, Ini Kisah Bocah 3 Tahun yang Alami Tumor
-
Viral, Telinga Bocah di Majalengka Diduga Kemasukan Ribuan Semut dan Kertas
-
Makan Malam tapi Masih Rasa Lapar, Kenapa ya?
-
Rekor! Lebih dari 4.800 Orang Antre Jadi Donor bagi Bocah Pengidap Leukemia