Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Himedik.com - Glaukoma, yang juga dikenal sebagai stroke mata, menjadi penyakit terbanyak kedua yang menyebabkan kebutaan di Indonesia. Demi mengurangi prevalensinya, RSUP Dr Sardjito Yogyakarta mengajak masyarakat untuk mulai mencegahnya.
Apalagi, saat ini dunia sedang memperingati Pekan Glaukoma Dunia atau World Glaucoma Week, yang jatuh setiap minggu kedua Maret.
Spesialis Mata Subdivisi Glaukoma UGM-RSUP Dr Sardjito dr Tatang Talka Gani mengungkapkan, glaukoma merupakan penyakit yang biasa disebut sebagai 'pencuri penglihatan'.
Berdasarkan penjelasannya, hanya 10 persen penderita glaukoma yang disertai rasa sakit, sehingga kebutaan masih bisa dicegah melalui pengobatan. Glaukoma ini merupakan tipe sudut tertutup.
Baca Juga
-
Cegah Kanker Serviks, Cinta Laura dan Yuki Kato Jalani Vaksinasi HPV
-
Hebat, Tirai Pintar Ini Bisa Mengusir dan Membunuh Nyamuk
-
Hati-hati, Urine Berbuih Bisa Jadi Tanda Penyakit Ginjal, Ini Kata Dokter
-
Waspada, Perut Buncit Bisa Tingkatkan Risiko Penyakit Ginjal Kronis
-
Umumkan Kehamilan Kedua, Yasmine Wildblood Pamer Foto Babybump
"Sembilan puluh persen penderita glaukoma itu tidak merasakan sakit karena glaukoma yang sifatnya kronik progresif. Artinya itu perlahan-lahan tapi pasti," terang Tatang soal glaukoma sudut terbuka, di Poliklinik Mata RSUP Dr Sardjito, Jalan Kesehatan, Mlati, Sleman, DI Yogyakarta, Kamis (14/3/2019).
"Jadi kerusakan saraf itu sedikit demi sedikit, sehingga pasien datang ke dokter sering terlambat. Pasien datang ke dokter sudah hampir buta atau bahkan sudah buta."
Glaukoma, menurut keterangan Tatang, terjadi karena tekanan bola mata yang tinggi, berkurangnya serabut saraf penglihatan, hingga lapang pandang makin menyempit. Sementara penyebab glaukoma terdiri dari dua jenis: primer dan sekunder.
Glaukoma primer berarti tidak diketahui penyebabnya dan biasanya berhubungan dengan faktor genetik, atau keturunan. Sebaliknya, glaukoma sekunder diketahui penyebabnya, yakni bisa karena lensa atau infeksi.
Meski prevalensinya sebagai penyebab kebutaan di Indonesia berada di nomor dua setelah katarak, glaukoma yang berakhir dengan kebutaan tidak bisa disembuhkan (irreversible) alias permanen. Berbeda dengan kebutaan karena katarak, yang disebut Tatang bersifat reversible atau bisa diperbaiki, sehingga penderita bisa melihat kembali.
"Tujuan dari penanganan atau penatalaksanaan glaukoma yaitu, jangan sampai menimbulkan kebutaan, jadi hanya mempertahankan penglihatan yang ada, biar awet," ujar Tatang.
Terkait gejala, glaukoma sudut terbuka diawali dengan tanda-tanda yang ringan, sehingga penderitanya seringkali tidak menyadari bahwa ia mengidap glaukoma. Untuk tipe sudut tertutup, glaukoma disertai dengan gejala mata merah, penglihatan menurun, sakit kepala sebelah yang tak kunjung hilang meski telah diobati, mual, dan muntah.
"Yang (disertai, -red) rasa sakit ini yang sering tertolong, asal jangan terlambat ke dokter," kata Tatang.
Maka dari itu, Tatang, dan juga Prof dr Suhardjo, SU, SpM(K), dokter spesialis mata sekaligus Ketua Divisi Oftalmologi Komunitas UGM-RSUP Dr Sardjito, mendesak masyarakat, terlebih yang berisiko glaukoma, untuk melakukan deteksi dini.
"Orang-orang yang tidak mempunyai keluhan penurunan penglihatan disarankan ke dokter mata tiap tiga tahun sekali," saran Tatang. "Kemudian yang kedua, tiap tahun bagi mereka yang mempunyai faktor risiko."
Tatang menyebutkan, faktor risiko glaukoma antara lain keluarga memiliki riwayat glaukoma, menderita diabetes atau hipertensi, memakai steroid, menderita mata minus yang tinggi, dan pernah mengalami trauma mata.
Tag
Terkini
- Dialami Dhanar Jabro sebelum Meninggal, Ketahui Apa Saja Gejala Asam Lambung
- 5 Cara Sederhana untuk Meredakan Pegal Linu dan Nyeri Sendi, Coba Dulu sebelum Minum Obat
- 4 Kebiasaan agar Jantung Tetap Muda dan Sehat, Yuk Lakukan Mulai Sekarang
- 5 Suplemen agar Tubuh Tetap Bugar di Usia 30 Tahun, Salah Satunya Vitamin D
- Ingin Turunkan Gula dan Kecilkan Pinggang? Yuk Konsumsi Biji-bijian Utuh
- Sering Dibuang, Ternyata Ini 5 Manfaat Biji Pepaya untuk Kesehatan
- Murah dan Mudah Didapat, Ternyata Labu Siam Punya 7 Manfaat Ini
- Jarang Disadari, 5 Superfood Ini Mudah Ditemui dan Baik untuk Dikonsumsi
- Hindari Begadang, Durasi Tidur Malam Berpengaruh pada Risiko Penyakit Jantung
- Ingin Mulai Jalani Intermittent Fasting? Hindari 5 Kesalahan Berikut
Berita Terkait
-
Deteksi Kanker Mata Kurang dari 1 Detik, Peneliti Ciptakan Perangkat 3D Ini!
-
Hati-hati, Tes Mata Rutin Bisa Bantu Deteksi Masalah Kesehatan Tubuh
-
Konsumsi Kafein Tinggi Meningkatkan Risiko Glaukoma pada Penderita Ini!
-
Kurangi Penderita Katarak, RSUP Dr Sardjito Gelar Operasi Gratis
-
Glaukoma Dapat Sebabkan Kebutaan, Cegah dengan Konsumsi 5 Makanan Ini!
-
RSUP Dr Sardjito: Hasil Tes Pasien Negatif, Yogyakarta Bebas Virus Corona
-
Cepat Tanggap Stroke, RSUP Dr Sardjito Fasilitasi Ambulans Sepeda Motor
-
RSUP Dr Sardjito Siap Hadapi Pasien MERS-CoV, seperti Ini Penularannya!
-
Kata Peneliti, Tinggal di Dekat Jalanan Sibuk Tingkatkan Risiko Kebutaan
-
Rumah Sakit Indonesia Berkolaborasi dengan Institusi Medis Mancanegara