Rabu, 17 April 2024
Rauhanda Riyantama | Dwi Citra Permatasari Sunoto : Sabtu, 02 Maret 2019 | 11:15 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Himedik.com - Dibandingkan dengan penduduk di belahan dunia lain, orang-orang Asia banyak yang mengalami intoleransi laktosa. Namun, sebenarnya itu adalah hal yang wajar.

Orang yang intoleran laktosa memiliki kecenderungan perut kembung yang tak terkendali dan diare berair setelah menyantap produk susu. Namun, mengapa ini terjadi padahal dulunya tubuh masih bisa menerima laktosa?

Menurut spesialis penyakit dalam Dr. Sean Chung, kemampuan untuk mencerna laktosa (gula yang ditemukan dalam susu mamalia) adalah fitur yang dimiliki hampir setiap anak manusia.

Sebagian besar anak (dari semua ras) menggunakan enzim laktase di usus kecil untuk memecah molekul laktosa yang tak terhitung jumlahnya menjadi glukosa dan galaktosa, membuatnya lebih mudah diserap oleh lapisan usus.

Seperti mamalia lain, persistensi laktase penting pada manusia selama masa kanak-kanak, terutama selama masa menyusui, untuk dapat mencerna susu yang diproduksi oleh ibu.

"Beberapa dari kita akan mengalami penurunan drastis dalam jumlah enzim ini, sering kali terjadi sekitar pada usia 5 tahun," jelas dokter California Selatan yang dikutip dari Nextshark.

Susu almond. (Pixabay/rawpixel)

"Pengurangan ini dikenal sebagai non-persistensi laktase. Jika laktosa tidak berkurang untuk penyerapan, ia tetap berada di usus, menarik air dari seluruh tubuh dan dikonversi oleh bakteri usus kita menjadi hal-hal yang tidak menyenangkan, termasuk banyak gas hidrogen."

Faktanya, semua manusia pada awal peradaban menjadi tidak toleran laktosa setelah tahun-tahun menyapih. Hanya selama penemuan pertanian beberapa ribu tahun yang lalu yang memungkinkan budaya di belahan bumi Barat akhirnya mengembangkan persistensi laktase.

Manusia berevolusi sebagai sumber laktosa baru selain ASI yang tersedia melalui domestikasi hewan.

Telah dijelaskan dari perspektif evolusi bahwa beberapa negara telah mengembangkan susunan genetik yang lebih baik untuk mentoleransi laktosa daripada yang lain hanya karena mereka mengkonsumsi lebih banyak susu.

Dibandingkan dengan negara-negara yang mendapat manfaat lebih dari sinar matahari dengan berada di dekat garis khatulistiwa, negara-negara Eropa utara perlu mengkonsumsi lebih banyak susu untuk mendapatkan lebih banyak kalsium karena mereka kekurangan vitamin D dari matahari.

BACA SELANJUTNYA

Cegah Osteoporosis Jangan Cuma Minum Susu, Konsumsi Juga Makanan Ini