Kamis, 02 Mei 2024
Vika Widiastuti | Yuliana Sere : Kamis, 10 Januari 2019 | 21:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Himedik.com - Banyak di antara kamu yang mungkin masih belum tahu apa perbedaan antara alergi makanan dan intoleransi makanan.

Dilaporkan health, sebuah studi yang diterbitkan di JAMA Network Open menunjukkan dari 40 ribu orang, sekitar 19% orang dewasa percaya bahwa mereka memiliki alergi makanan dan hanya sekitar 10% yang memiliki satu alergi makanan.

Penulis studi utama Ruchi Gupta, MD, MPH, dari Fakultas Kedokteran Universitas Northwestern mengatakan, satu dari 10 orang memiliki alergi makanan padahal gejala yang mereka alami menunjukkan intoleransi makanan.

Reaksi alergi makanan yang sering dialami antara lain diare, sakit perut atau kembung. Gejala alergi makanan disebabkan oleh respons sistem kekebalan tubuh.

Sementara seseorang dengan intoleransi makanan akan kehilangan enzim pencernaan yang akan memecah bagian dari makanan.

Sensitivitas makanan tidak didefinisikan secara jelas, tetapi biasanya melibatkan gangguan perut setelah makan makanan tertentu.

Bisakah Alergi Kacang pada Anak Dicegah?. (suara.com)

Julie Upton, RD, salah satu pendiri Appetite for Health, menjelaskan ketika seseorang memiliki alergi makanan yang penuh, sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan terhadap protein yang (tubuh mereka anggap) tidak sehat dan menyerang mereka sebagai ancaman terhadap tubuh.

Reaksi terhadap respons imun yang salah ini menyebabkan gejala seperti gatal, kulit merah, berjerawat, sakit tenggorokan, atau sesak napas.

Kondisi yang paling buruk, respons alergi dapat mengakibatkan reaksi yang mengancam jiwa yang disebut anafilaksis yang membutuhkan perhatian medis segera.

Di sisi lain, sensitivitas makanan dapat menyebabkan ketidaknyamanan, tetapi tidak menimbulkan ancaman bagi kesehatan, kata Upton.

Jadi, mereka yang mengatakan alergi makanan seringkali menggunakan cara ini untuk menghindari makanan tertentu yang mereka anggap tidak sehat.

Mereka mengklaim untuk memiliki kontrol yang lebih besar terhadap makanan yang mereka konsumsi dan sebagai pendekatan yang lebih sehat untuk makan.

BACA SELANJUTNYA

Asma pada Ibu Hamil Bisa Berbahaya untuk Bayi, Begini Cara Mengatasinya!