Jum'at, 29 Maret 2024
Dinar Surya Oktarini | Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana : Senin, 07 Januari 2019 | 14:15 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Himedik.com - Ketika berada di tempat umum lalu tiba-tiba pengin bersin, kamu mungkin terbiasa menahannya biar tetap sopan. Padahal, itu bisa berakibat fatal.

Para dokter melarang kita untuk menahan bersin setelah tenggorokan belakang seorang pria patah ketika mencoba menahan ledakan udara yang bergetar. Mengutip Telegraph, pria 34 tahun itu hampir tidak bisa menelan atau berbicara setelah mencubit hidungnya dan menutup mulut agar tidak bersin.

Ketika memeriksa pria itu, para dokter juga mendengar suara letupan dan retakan yang aneh dari leher sampai tulang rusuknya. Dari hasil scan, ternyata udara dari paru-parunya menggelembung masuk ke jaringan dalam dan otot-otot dada ketika tidak bisa keluar.

Spesialis telinga, hidung, dan tenggorokan di Rumah Sakit Universitas Leicester NHS Trust kemudian merilis rincian kondisi pria itu dalam Laporan Kasus BMJ. Mereka memperingatkan, menahan bersin yang kuat dapat menyebabkan 'banyak komplikasi' dan bahkan aneurisma otak yang mematikan.

''Menghentikan bersin melalui pemblokiran lubang hidung dan mulut itu berbahaya dan harus dihindari,'' kata penulis utama Dr Wanding Yang.

''Ini bisa menyebabkan banyak komplikasi, seperti pneudomediastinum (udara terperangkap di dada antara kedua paru-paru), perforasi membran timpani (gendang telinga berlubang), dan bahkan pecahnya aneurisma otak (membengkaknya pembuluh darah di otak),'' lanjutnya.

Dokter mengatakan, kondisi pria itu mirip dengan sindrom Boerhaave, yakni kerongkongan robek akibat muntah atau muntah yang keras. Namun, dalam kasusnya, penumpukan tekanan dari bersin yang terperangkap menyebabkan bagian yang pecah lebih tinggi hingga tenggorokan, di faring, yang berada tepat di belakang lidah.

Sebelumnya seseorang dirawat di rumah sakit karena gendang telinga dan pembuluh darah di mata pecah, saraf wajahnya rusak, otot tarikan dan bahkan tulang rusuk retak akibat berusaha menahan kekuatan besar. Dokter mengatakan, bersin, atau sternutasi, bertujuan untuk melepaskan partikel asing atau kuman yang berpotensi merusak dan menyebabkan iritasi.

Menghentikannya tidak hanya berisiko pecahnya tenggorokan, tetapi bisa mendorong pembentukan bakteri atau memicu serangan asma. Pasien itu pun dirawat di rumah sakit dan diberi makan lewat tabung serta antibiotik intravena sampai pembengkakan dan rasa sakitnya mereda.

Setelah tujuh hari, pria yang tidak disebutkan identitasnya itu boleh pulang, asal tidak lagi memblokir kedua lubang hidung saat akan bersin.

Bagi orang-orang yang masih suka menahan bersin, para ahli menyarankan untuk menggosok hidung, bernapas dengan berat melalui hidung, atau menggosok daerah di atas bibir.

BACA SELANJUTNYA

Tak Perlu Khawatir Bersin sebagai Gejala Virus Corona, Ini Kata Ahli!