Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Himedik.com - Ketika seseorang sedang berada dalam masalah atau mengalami kegagalan, respons alami kita biasanya adalah simpati.
Tapi mungkin tidak bagi sebagian orang. Coba kamu pikir dan jawablah dengan jujur, pernahkah kamu merasakan sedikit kepuasan atau bahkan kesenangan jika melihat kasus seperti itu?
Jika jawabannya ya, maka kamu mengalami apa yang disebut dengan schadenfreude. Ini mungkin tampak aneh, tetapi sebenarnya ini adalah perasaan yang sangat umum dialami oleh orang-orang.
Istilah ini diambil dari bahasa Jerman, Schaden yang artinya membahayakan dan Freude artinya sukacita.
Baca Juga
''Jika seseorang menikmati kegagalan atau penderitaan orang lain, maka kegagalan tersebut adalah hal yang baik untuk orang yang menikmatinya,'' kata Wilco W. van Dijk, seorang profesor psikologi di Universitas Leiden di Belanda.
Schadenfreude baru dipelajari selama 20 tahun terakhir dan ini menjadi hal yang relatif baru bagi para psikolog. Namun beberapa studi mengeksplorasi tujuan dari emosi ini.
Kecemburuan adalah pemicu umum karena seseorang mungkin merasa terancam oleh rekan kerja yang punya performa kerja yang bagus atau mantan kekasih yang berkembang lebih baik dalam hubungan baru.
"Ketika kamu tertekan dan kamu merasa tidak mampu, keberhasilan orang lain menjadi sesuatu yang sulit untuk disaksikan karena ia membentuk perbandingan yang membuat kamu merasa lebih buruk," kata Catherine Chambliss, ketua psikologi dan ilmu saraf di Ursinus College, Pennsylvania.
Dalam beberapa kasus ini, tampaknya schadenfreude adalah hasil persaingan dan ketidakamanan. Beberapa penelitian menunjukkan hal itu dirasakan agak kuat oleh mereka yang memiliki harga diri rendah.
Baru-baru ini, para peneliti dari Emory University menerbitkan sebuah makalah yang menjelaskan bahwa mereka yang mengalami schadenfreude cenderung psikopat.
Mereka menulis bagaimana "si perasa cenderung tidak memanusiakan korban, serta kehilangan motivasi untuk mendeteksi pikiran korban, sama seperti psikopat," tulis studi itu.
Namun mungkin ini tidak berbahaya tetapi dalam kasus yang jarang terjadi, ketika kecenderungan itu bertahan dan tumbuh lebih kuat, kecenderungan itu dapat berkembang menjadi sesuatu yang berbahaya di mana seseorang secara aktif mencoba menyebabkan kejatuhan orang lain.
Terkini
- 5 Cara Menurunkan Kolesterol Tinggi, Lakukan dengan Rutin
- Studi: Terlalu Banyak Waktu Luang Ternyata Tak Baik untuk Kesehatan Mental
- Belajar dari Kasus Teuku Ryan, Ini 3 Cara Atasai Gairah Seks yang Menghilang karena Stres
- Bisa Bikin Pinggang Ramping, Pemakaian Korset Jangka Panjang Bawa Sederet Masalah Ini
- Heboh Vaksin AstraZeneca Sebabkan Pembekuan Darah, BPOM Tegaskan Tidak Ada Kejadian di Indonesia
- Untuk Redakan Stres, Yuk Ikuti 5 Rekomendasi Dokter Berikut Ini
- Terpapar Asap Rokok saat Hamil Tingkatkan Risiko Stunting pada Anak
- 5 Masalah di Area Mulut Bisa Jadi Tanda Gejala Diabetes, Apa Saja?
- Dialami Dhanar Jabro sebelum Meninggal, Ketahui Apa Saja Gejala Asam Lambung
- 5 Cara Sederhana untuk Meredakan Pegal Linu dan Nyeri Sendi, Coba Dulu sebelum Minum Obat
Berita Terkait
-
Infeksi Covid-19 Memengaruhi Sistem Endokrin, Bisa Picu Berbagai Penyakit!
-
Dari Radang Tenggorokan, Kaki dan Tangan Pria Ini Menghitam lalu Diamputasi
-
Mengenal Penyakit Kawasaki, Penyakit yang Sering Serang Balita
-
5 Masalah Kesehatan Wanita yang Bikin Seks Terasa Sakit
-
Berikut Cara Ampuh Tenangkan Pikiran Agar Bisa Tidur
-
Tonton Sepak Bola, Aksi Anak Ini Sudah Seperti Fans Fanatik
-
Usir Diabetes dengan Makan Satu Telur Per Hari
-
Diet Mediterania Akan Menjadi Diet Terbaik di 2019 Menurut World Report
-
Derita Alopecia, Wanita-Wanita Ini Tampil Cantik Ala Model
-
Tak Sengaja Telan Permen Karet? Ini yang Akan Terjadi Pada Tubuh