Kamis, 18 April 2024
Rauhanda Riyantama | Dwi Citra Permatasari Sunoto : Kamis, 08 November 2018 | 14:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Himedik.com - Banyak orang berpikir bahwa jika terjadi kasus pemerkosaan, si korban akan melawan. Namun sebuah studi baru dari Swedia menemukan bahwa umumnya korban mengalami reaksi bawaan yang membuat mereka 'lumpuh'.

Jadinya seperti tak berbuat apa-apa dan terkesan 'mau', padahal ada hal kompleks yang banyak orang tidak tahu. Kondisi tersebut dikenal dengan istilah imobilitas tonik.

Studi yang dimuat dalam Jurnal Acta Obstetricia et Gynecologica Scandinavica itu, menemukan sebanyak 70 persen korban pemerkosaan mengalami imobilitas tonik. Bahkan 48 persen masuk dalam kategori ekstrem.

Dampak dari kondisi ini adalah korban bisa tiga hingga empat kali lebih rentan mengalami depresi berat dan dua kali lebih rentan terkena gangguan post traumatic stress disorder (PTSD).

Sekadar informasi, PTSD merupakan kondisi kejiwaan yang disebabkan oleh kejadian tidak menyenangkan di masa lalu, seperti pemerkosaan atau pelecehan.

Ilustrasi trauma. (pixabay/Alexas_Fotos)

Jadi, perlu untuk diingat kalau korban tak melawan bukan berarti menerima. Jangan menghakimi korban dengan ketidaktahuan karena kamu tidak mengalami apa yang korban lalui.

Lihat saja pada kasus kejahatan seperti perampokan. Saking kaget dan takutnya kebanyakan para korban hanya bisa berdiri mematung dan menuruti semua perintah si perampok. Begitu pula dengan korban perkosaan, mereka takut sehingga mengalami 'kelumpuhan'.

Sekali lagi mari jangan soroti atau hakimi korban, tapi pelaku pemerkosaan.