Jum'at, 26 April 2024
Dinar Surya Oktarini | Dwi Citra Permatasari Sunoto : Senin, 22 Oktober 2018 | 10:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Himedik.com - Sebuah penelitian baru di American Journal of Psychiatry menunjukkan bahwa ganja sebenarnya memiliki dampak yang lebih buruk pada perkembangan kognitif remaja daripada alkohol. Hasil penelitian itu memberikan peringatan kepada remaja bahwa penggunaan ganja secara teratur, misalnya, bisa memiliki efek jangka panjang pada otak mereka.

''Penelitian ini awalnya dirancang untuk mengevaluasi dampak alkohol pada perkembangan kognitif remaja,'' ungkap Patricia Conrod, PhD, selaku penulis utama dan profesor psikiatri di Universitas Montreal.

''Ini sudah lama, butuh waktu beberapa saat untuk mendapatkan dana dan persiapan. Sepuluh tahun yang lalu, kami tahu banyak tentang alkohol tetapi kurang pengetahuan tentang ganja. Maka dari itu, kami akan mencoba mencari tahu lebih banyak tentang ganja,'' imbuhnya.

Conrod mengatakan timnya mengambil pendekatan 'big data' dalam penelitian, dengan melibatkan sebanyak 3.826 remaja mulai dari kelas tujuh, yang berasal dari 31 sekolah di daerah Montreal, dalam kurun waktu selama empat tahun.

Para siswa yang berpartisipasi mengirim laporan tahunan yang mencatat tingkat penggunaan alkohol dan ganja mereka. Para peneliti juga memberikan tes kognitif remaja untuk mengukur memori kerja remaja, penalaran perseptual, memori ingatan, dan kontrol.

Untuk memastikan data yang diperoleh akurat, laporan dan tes tersebut dirahasiakan dari orang tua serta guru siswa yang berpartisipasi.

Hasil penelitian melaporkan bahwa remaja yang menggunakan ganja lebih sering mengalami perubahan fungsi kognitif daripada remaja yang menggunakan alkohol. Conrod mengatakan bahwa hasil ini seharusnya menjadi peringatan bagi remaja ketika mereka mempertimbangkan penggunaan ganja di usia muda.

''Dari hasil penelitian, kamu menyimpulkan bahwa para remaja harus melakukan segala yang mereka bisa untuk menunda penggunaan ganja. Aku tidak merekomendasikannya, karena jelas ada risiko kesehatan yang terkait dengan ganja,'' ungkap Conrod.

Sementara itu, ada penelitian lain yang menguak dampak ganja untuk perkembangan kognitif. Tepatnya pada bulan Juni 2018, JAMA Psychiatry menerbitkan ulasan yang meneliti 69 studi sebelumnya tentang penggunaan ganja di kalangan anak muda.

Para penulis menemukan bahwa beberapa penelitian sebelumnya mungkin telah melebih-lebihkan besarnya dan ketekunan defisit kognitif yang terkait dengan penggunaan ganja. Dalam ulasan, mereka menemukan bahwa tidak menggunakan ganja selama 72 jam atau lebih lama juga dapat mengurangi sebagian dampak negatif ganja pada otak remaja.

Danielle Ramo, PhD, selaku profesor dan psikolog di Universitas California, San Francisco, mengatakan bahwa membuat perbandingan langsung antara penggunaan alkohol dan ganja membuat belajar menjadi lebih unik. Dia mengatakan, kebanyakan penelitian semacam ini biasanya hanya melihat satu substansi.

''Studi ini menyajikan bukti kuat bahwa alkohol dan ganja mempengaruhi otak remaja dengan cara mempengaruhi memori dan fungsi eksekutif,'' kata Ramo.

''Namun, itu untuk menunjukkan lebih lanjut bahwa jika penggunaan ganja bertahan sepanjang masa remaja, maka seiring berjalannya waktu dampak pada fungsi kognitif akan lebih besar, dan efek ini lebih kuat pada mereka yang mulai menggunakan lebih awal."

Ramo menjelaskan bahwa remaja yang mulai menggunakan zat-zat ini di awal kehidupannya mungkin menghadapi konsekuensi yang lebih besar saat mereka bertambah tua. Penggunaan ganja juga dikaitkan dengan beban yang lebih besar pada kemampuan remaja untuk memproses informasi baru dan untuk 'berhenti dan berpikir' dalam menghadapi rangsangan yang kompleks, dan efek ini bahkan mungkin lebih buruk daripada efek alkohol pada otak remaja.

''Di era di mana hukum ganja menjadi lebih permisif, seharusnya tetap berikan pesan pada remaja bahwa penggunaan ganja merugikan otak, sehingga harus dihindari untuk memastikan perkembangan otak yang sehat,'' tambah Ramo.

Bukan rahasia lagi bahwa penggunaan ganja menjadi semakin populer di kalangan remaja. National Institute on Drug Abuse (NIDA) melaporkan bahwa ganja adalah zat terlarang yang paling umum digunakan baik oleh remaja maupun orang dewasa.

Studi yang keluar tahun 2017 menunjukkan bahwa sekitar 45 persen dari siswa kelas 12 di AS sudah memiliki ganja. Bahkan sebanyak 5,9 persen dari siswa ini menggunakan ganja setiap hari.

Ramo mengatakan bahwa masih perlu pemahaman lebih lanjut tentang bagaimana zat ini berdampak pada otak. Dia mengatakan bahwa alkohol menyerang otak terutama di hippocampus, bagian yang membentuk kenangan baru. Pengguna alkohol berat cenderung tidak membentuk ingatan baru, tapi ganja telah terbukti juga mempengaruhi bagian otak ini bahkan efeknya lebih kuat pada remaja daripada orang dewasa.

''Perbedaan utama antara alkohol dan literatur ganja hingga saat ini terkait dengan kapan efeknya terjadi pada otak,'' tutur Ramo.

Sedangkan Conrod mengatakan bahwa langkah selanjutnya untuk penelitiannya adalah untuk melihat bagaimana ia dapat memprediksi siapa yang akan menjadi pengguna ganja pada usia ini. Kemudian mengembangkan strategi intervensi untuk memperingatkan kemungkinan risiko kesehatan bagi orang-orang yang berkaitan.

''Aku ingin melihat bagaimana kami dapat membantu para remaja menunda penggunaan ganja dan melihat mereka yang paling berisiko mengalami kesehatan mental dan gangguan kognitif dari penggunaan ganja," tutup Conrod.

BACA SELANJUTNYA

Jadi Hadiah Tahun Baru, Thailand Legalkan Ganja Karena Alasan Medis