Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Himedik.com - Para ahli baru saja melapor ke Departemen Kesehatan & Layanan Kemanusiaan AS dan Departemen Pertanian AS tentang bagaimana pola makan memengaruhi kesehatan jangka panjang bayi nantinya.
Laporan itu juga menegaskan pola makan sehat dari lahir hingga 24 bulan mendukung pertumbuhan dan perkembangan selama masa bayi, kanak-anak, remaja, hingga dewasa.
Para ahli juga menyatakan 1.000 hari pertama kehidupan tidak hanya berkontribusi pada kesehatan jangka panjang tetapi juga membantu membentuk preferensi rasa dan pilihan makanan.
"Paparan nutrisi kehidupan awal telah muncul sebagai faktor risiko etiologis (penyebab penyakit) yang terkait dengan penyakit kronis di kemudian hari," kata ahli, dilansir Fox News.
Berikut adalah enam poin utama yang dicatat oleh Dietary Guidelines Advisory Committee 2020 terkait dengan kebiasaan makan bayi:
Baca Juga
1. Sama sekali tidak ada tambahan gula untuk bayi
"Bayi harus menghindari makanan dan minuman dengan tambahan gula selama dua tahun pertama kehidupannya. Energi dalam produk-produk tersebut kemungkinan akan menggantikan energi dari makanan padat nutrisi, meningkatkan risiko kekurangan gizi," kata ahli.
Para ahli membuat hubungan antara konsumsi minuman olahan yang dimaniskan dengan kelebihan berat badan atau obesitas.
Mereka mengatakan hampir 70 persen gula tambahan berasal dari produk-produk seperti minuman manis, makanan penutup, makanan ringan manis dan sereal sarapan.
2. ASI lebih baik
"Bukti terkuat yang ditemukan adalah mengonsumsi ASI mengurangi risiko obesitas, diabetes tipe 1, dan asma dibandingkan dengan tidak pernah disusui," jelas ahli.
Mereka menemukan kenaikan berat badan yang cepat lebih mungkin terjadi pada bayi yang diberi susu formula.
3. Tidak ada makanan padat untuk bayi sebelum mereka berusia 4 bulan
Penelitian menunjukkan memulai makanan pertama bayi sebelum ambang batas empat bulan dikaitkan dengan peningkatan risiko obesitas antara usia 2 dan 12 tahun.
4. Kenalkan kacang dan telur lebih awal untuk mengurangi alergi
Menurut ahli, memberi makan kacang dan telur 'di usia yang sesuai' setelah usia empat bulan dapat mengurangi risiko alergi makanan.
5. Berikan vitamin D dan perhatikan zat besi dan seng
Karena ASI tidak mengandung cukup vitamin D, ahli merekomendasikan agar bayi yang diberi ASI penuh dan sebagian ditambah vitamin D 400 IU sejak lahir sampai mereka disapih.
Tak hanya itu, makanan seperti daging yang kaya zat besi dan seng selama enam bulan kedua kehidupan bayi juga sangat penting. Ini diperkaya dengan sereal bayi yang mengandung nutrisi tersebut.
Terkini
- 5 Tips Menjaga Kesehatan Anak ala Tasya Kamila, Bisa Ditiru Moms!
- Bayi Menangis Tak Selalu karena ASI Kurang, Jangan Buru-Buru Kasih Sufor
- Orangtua Jangan Sepelekan Susah Makan pada Anak, Bisa Pengaruhi Respons Imun Lho
- 4 Manfaat Minyak Telon untuk Anak, Tak Cuma Meredakan Perut Kembung
- Dokter Ungkap Bahaya Anak Makan Sambil Nonton TV, Orangtua Perlu Tahu
- Trik Biar Anak Mau ke Dokter Tanpa Rewel, Ini Caranya
- 4 Rincian Pengobatan Asma pada Anak, Orangtua Perlu Tahu!
- STUNTING: Ciri-ciri, Penyebab dan Pencegahan
- Kasus Campak Mewabah Lagi, Orangtua Perlu Lakukan 5 Hal ini untuk Pencegahan
- 4 Tips Jadikan Anak Sehat dan Aktif, Salah Satunya Beri Multivitamin
Berita Terkait
-
5 Tips Mengembalikan Pola Makan Sehat setelah Puasa dan Lebaran
-
Melly Goeslaw Bahagia Setelah Operasi Bariatrik, Bisakah Berat Badannya Naik Lagi?
-
Makanan dan Minuman Ini Sangat Bagus untuk Penderita Demam Berdarah, Apa Saja?
-
Tips Diet Ini Justru Efektif dan Bikin Cepat Menurunkan Berat Badan, Apa Saja?
-
Ingin Menambah BB? Konsumsi 4 Jenis Makanan Ini Secara Rutin!
-
Harus Dijaga, Inilah Makanan yang Harus Dihindari Setelah Operasi Batu Empedu
-
Jangan Cemas Anak Tantru, Ini Proses Penting dalam Perkembangan Anak Lho!
-
Pola Makan Optimal Dapat Meningkatkan Peluang Hidup Menjadi Lebih Panjang
-
Picu Kontroversi, Ibu Muda Ini Biarkan Bayinya Menjadi 'Nokturnal'
-
Sarapan Terburuk bagi yang Ingin Menurunkan Kolesterol, Apa Itu?