Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Himedik.com - Setiap orang tentu memiliki ketakutan. Baik yang datang secara naluriah maupun disebabkan oleh suatu hal.
Terkadang ketakutan ini muncul secara naluriah. Seperti suara keras, monster, orang asing, hingga benda atau kondisi lainnya.
Ini merupakan bagian dari perkembangan yang normal. Menjadi takut adalah tanda bahwa balita mendapatkan kesadaran akan dunia dan berusaha memahaminya, kata Ari Brown, MD, penulis Baby 411 (Windsor Peak Press).
Oleh karena itu, orang tua dapat membantu menavigasi ketakutan mereka agar anak bisa percaya diri.
Baca Juga
-
Nekat Tunda Persalinan demi 'Tanggal Bagus', Wanita Ini Bahayakan Bayinya
-
Penyebab Bayi Lahir Kembar Siam, Genetik dan Faktor Lingkungan Termasuk?
-
Posisi Bayi Ayu Dewi Sungsang Jelang Persalinan, Coba Olahraga Seperti ini!
-
Bayi Meninggal karena Kabut Asap, Ini Cara Lindungi Anak dari Udara Buruk
-
Lahirkan 44 Bayi dan Ditinggal Suami, Wanita Ini Hidupi Anaknya Sendiri
Melansir Parents.com, bayi baru lahir memiliki dua ketakutan, yaitu suara keras dan jatuh.
"Otak dan saraf bayi tumbuh pesat dalam dua tahun pertama kehidupan, tetapi mereka dilahirkan dengan sistem saraf yang sangat tidak matang," kata Dr. Brown.
Artinya, kata Dr. Brown, bayi belum bisa menafsirkan atau menangani input sensorik tertentu, seperti suara keras atau perasaan jatuh.
Inilah sebabnya ketika ada suara keras yang tiba-tiba didengar mereka, bayi akan menangis ketakutan.
"Ketika sistem sarafnya matang dan dia fokus pada lingkungannya, ketakutan baru muncul, dan pada 8 hingga 10 bulan, konsep 'objek permanen' mulai berlaku," lanjutnya.
Sebelum masa ini, ketika lingkungan kosong (tidak ada orang di sekeliling bayi), orang-orang seakan tidak ada dipikiran si bayi.
"Tapi sekarang (saat konsep 'objek permanen' muncul), mereka akan mengerti ketika ada yang hilang atau tidak di sekelilingnya. Jadi, ketika Ayah atau Ibunya meninggalkan ruangan, anak itu akan bertanya-tanya ke mana mereka pergi dan kapan mereka kembali," sambungnya.
Ini sering diperparah oleh ketakutan lain, yaitu kecemasan akan orang asing.
"Itu pertanda baik. Berarti bayi mulai memberi tahu perbedaan antara wajah yang sudah dikenal dan yang tidak," ujar Mona Delahooke, PhD, seorang psikolog perkembangan, di Pasadena, California.
Terkini
- Bayi Menangis Tak Selalu karena ASI Kurang, Jangan Buru-Buru Kasih Sufor
- Orangtua Jangan Sepelekan Susah Makan pada Anak, Bisa Pengaruhi Respons Imun Lho
- 4 Manfaat Minyak Telon untuk Anak, Tak Cuma Meredakan Perut Kembung
- Dokter Ungkap Bahaya Anak Makan Sambil Nonton TV, Orangtua Perlu Tahu
- Trik Biar Anak Mau ke Dokter Tanpa Rewel, Ini Caranya
- 4 Rincian Pengobatan Asma pada Anak, Orangtua Perlu Tahu!
- STUNTING: Ciri-ciri, Penyebab dan Pencegahan
- Kasus Campak Mewabah Lagi, Orangtua Perlu Lakukan 5 Hal ini untuk Pencegahan
- 4 Tips Jadikan Anak Sehat dan Aktif, Salah Satunya Beri Multivitamin
- 4 Tips Jadikan Anak Sehat dan Aktif, Salah Satunya Beri Multivitamin
Berita Terkait
-
Ketahui Soal Aeropohobia, Ketakutan Berlebih saat Naik Pesawat
-
CDC AS Memperingatkan Kasus Parechovirus yang Menyerang Bayi Baru Lahir Meningkat
-
Alasan-alasan Umum Rambut Bayi Baru Lahir Rontok, Salah Satunya Masalah Hormon
-
Picu Kontroversi, Ibu Muda Ini Biarkan Bayinya Menjadi 'Nokturnal'
-
Tak Perlu Takut, Bayi Cegukan Itu Normal dan Tidak Berbahaya!
-
Inlah Perilaku Orang yang Takut Terhadap Penolakan, Kamu Termasuk?
-
Rambut Bayi akan Lebih Lebat setelah Digunduli, Benarkah?
-
Heboh Bayi 1 Bulan Keluarkan Cairan Putih Seperti ASI, Berbahayakah?
-
Bayi Baru Lahir Sudah Punya Gigi, Adakah Dampak Natal Teeth?
-
Merasa Panik ketika Mendengar Sirine Mobil Ambulans? Waspada Fonofobia