Selasa, 30 April 2024
Rima Sekarani Imamun Nissa | Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana : Rabu, 13 Maret 2019 | 17:30 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Himedik.com - Seorang bocah 6 tahun nyaris meninggal akibat tetanus. Bocah itu diketahui tidak pernah divaksin.

Menurut sebuah studi kasus yang diterbitkan pada Jumat (8/3/2019) pekan lalu oleh U.S. Centers for Disease Control and Prevention, bocah asal Oregon tersebut dirawat di rumah sakit selama dua bulan.

Ia hampir meninggal karena penyakit yang disebabkan oleh bakteri itu setelah mendapat luka yang dalam saat bermain di sebuah peternakan.

Anak itu menerima satu dosis darurat vaksin tetanus di rumah sakit, tetapi orang tuanya menolak anaknya diberi dosis kedua setelah ia pulih. KOMO News melaporkan, Rabu (13/3/2019), orang tua bocah itu juga tak mau anaknya diberi suntikan masa kanak-kanak apapun.

Ilustrasi vaksin - (Pixabay/whitesession)

Dr Judith Guzman-Cottrill, ahli penyakit menular anak yang merawat bocah itu, menjelaskan, ketika bocah itu tiba di UGD, kejang ototnya sangat parah, sehingga dia tidak bisa bicara, tidak bisa membuka mulut, dan kesulitan bernapas.

''Kami mengalami kesulitan merawat anak ini, menyaksikannya menderita, dan itu adalah penyakit yang bisa dicegah,'' kata Guzman-Cottrill.

Ilustrasi takut jarum suntik. (pixabay)

Spora tetanus ada di mana-mana di tanah. Ketika orang yang tidak divaksin mendapat luka yang dalam dan menembus, spora itu dapat menyerang luka dan mulai memproduksi bakteri yang menyebabkan penyakit. Bakteri tetanus mengeluarkan racun yang masuk ke aliran darah dan menempel ke sistem saraf.

Selama tiga hingga 21 hari setelah infeksi, gejala yang muncul antara lain kejang otot, rahang terkunci, kesulitan menelan dan bernapas, serta kejang.  Dr William Schaffner, ahli penyakit menular, mengatakan, penyakit ini dapat menyebabkan kematian atau cacat parah pada mereka yang selamat.

BACA SELANJUTNYA

Bakteri Pada Tinja Orang Sehat Bisa Bantu Obati Diabetes, Ini Temuan Peneliti!